Background

perdagangan


Perdagangan
http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk6_pict3.jpg

Sejak jaman Majapahit, Surabaya sudah menjadi area bertemunya berbagai manusia dalam kegiatan perdagangan. Dalam perjalanannya, semenjak jaman Hindia Belanda hingga kemerdekaan, hingga sekarang ini, Surabaya menjadi pusat berbagai aktivitas bisnis dan perdagangan.Di Surabaya, Berbagai kegiatan transaksi perbankan berlangsung. Kantor-kantor bank yang ada di Surabaya, bukan hanya melayani warga Surabaya, tetapi juga ”mengendalikan” operasional perbankan di berbagai daerah lainnya di Jawa Timur maupun propinsi lainnya. Di pusat kota, juga ada pusat perdagangan internasional atau yang terkenal disebut World Trade Centre; kegiatan valas (perdagangan uang), serta lembaga keuangan lainnya.



A. Sentra Bisnis
Surabaya memiliki beberapa sentra bisnis yang bisa dijadikan jujugan investasi. Di kawasan Surabaya Pusat, berjejer gedung-gedung perkantoran yang bisa dimanfaatkan ruangnya bagi pelaku bisnis. Pusat bisnis yang ada itu misalnya di Surabaya pusat, ada Wisma BII, Plasa BRI, Plasa Mandiri, Graha Warna Warni, Wisma Dharmala, dan lain sebagainya. Di pusat kota Surabaya ini, bisa ditemui berbagai macam kantor bisnis. Diantaranya pebankan, valas dan bursa modal, jasa telekomunikasi, pengangkutan, ekspor impor, pariwisata, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan, di kawasan tengah kota juga terbuka luas peluang bisnis jasa yang luas.

Di Surabaya Timur, perkembangan bisnis juga cukup bagus. Sebuah mall mewah, berdiri disana dan menjadi pusat perbelanjaan yang ramai. Sepanjang jalan Kertajaya (menuju arah ITS), berkembang pesat bisnis kuliner dan tempat makan. Untuk perkantoran, Surabaya bagian timur tidak terlalu banyak, hanya ada bisnis perbankan di kawasan Kertajaya, Mulyosari dan sekitar Sukolilo. Selain itu, bisnis yang juga banyak dijumpai di kawasan ini adalah penginapan, rumah kost dan jasa hiburan serta telekomunikasi. 

Kawasan Surabaya Barat juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ditandai dengan berdirinya beberapa sentra bisnis baru daerah HR Muhammad, kawasan perkantoran dan bisnis di Graha Family dan pusat perbelanjaan Supermasl Pakuwon, maupun apartemen-apartemen dan perumahan baru. Kini Surabaya Barat menjadi wilayah modern dan sangat ramai. Sejumlah kawasan telah menjadi pusat kuliner yang menjadi tempat santai di kala malam hari; seperti G-Walk di kawasan Citra Land, dan kawasan sepanjang Graha Family.Surabaya Barat kini menjadi sebuah area baru yang sangat prospek. Bukan hanya pusat bisnis dan perbelanjaan, kini disana juga berdiri Universitas Negeri Surabaya yang megah dan dilengkapi arena olahraga masyarakat, tempat berenang, dan lain sebagainya. Akses ke Surabaya Barat sangat mudah dan menjadi wilayah yang menarik banyak orang untuk mengunjunginya.

 http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk6_pict2.jpg
Di kawasan Surabaya Utara, yang lebih dekat dengan kawasan pelabuhan Tanjung Perak, banyak berdiri kantor-kantor yang bergerak di bidang pengangkutan barang, ekspor-impor dan agen perjalanan wisata. Di kawasan ini, sejak lama telah berlangsung transaksi perdagangan dan sekaligus tempat bongkar muat barang antar Negara dan antar pulau. Bahkan kini Tanjung Perak semakin sibuk dan Pemerintah Kota Surabaya berencana mengembangkan wilayah pelabuhan kea rah Kali Lamong. Ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat untuk tempat bongkar-muat dan arus barang yang masuk dan keluar melalui Surabaya. 

Di kawasan Surabaya Selatan, pertumbuhan bisnis juga terus berkembang. Jika dahulu sentra bisnis bagian selatan hanya berpusat di Wonokromo, maka kini terus mengarah ke selatan. Sepanjang Jalan Ahmad Yani bertumbuhan pusat bisnis; seperti Royal Plaza, Graha Pena, dan sebagainya. Kini pun di bagian selatan Kota Surabaya, tepatnya di Waru sebuah sentra bisnis baru muncul, dengan dibukanya CITO. Pusat bisnis baru ini juga melengkapi pusat bisnis yang sudah ada, Graha Pena dan Graha Pangeran disamping dibangunnya apatemen-partemen di kawasan Surabaya Selatan. Dalam perkembangannya, bisnis di Surabaya selatan lebih mengarah pada edukasi, ini ditandai dengan pembangunan apartemen metropolis, yang dikhususkan bagi pelajar dan mahasiswa serta Universitas Pelita Harapan dan DBL Arena yang dimanfaatkan untuk kegiatan kompetisi bola basket para siswa SMA dan sederajat. Bisnis lain yang mungkin dikembangkan adalah teknologi informasi dan media yang selama ini masih terus berkembang.






Perindustrian
http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk5_pict1.jpg
Sebagai kota besar, Surabaya telah memposisikan diri sebagai pusat konsentrasi industri. Surabaya berpotensi, baik secara langsung, sebagai pusat pengembangan Indonesia Bagian Timur di masa mendatang.

Kehadiran berbagai industri yang meliputi industri logam dasar, kimia dasar, tekstil, industri makanan dan minuman, serta argo based industri lainnya, yaitu industri yang mengolah hasil-hasil pertanian dalam arti luas, seperti halnya dari subsektor perikanan, peternakan, sayur-mayur, buah-buahan dan lainnya.

Sedangkan jenis industri yang mencakup nilai investasi megaproyek lebih tertuju pada bisnis/kegiatan pelayanan umum/masyarakat yang meliputi jalan tol, jembatan Suramadu, dll. 
Jalan Toll

Seiring dengan perkembangan kota, Surabaya memang berusaha mengindari tumbuhnya industri besar yang memiliki potensi polusi. Arah Surabaya difokuskan sebagai kota jasa dan perdagangan, dan bukan kota industri. Wilayah industri untuk selanjutnya digantikan sebagai tempat pergudangan yang tidak beresiko terhadap polusi. Sekalipun demikian, sejumlah wilayah masih terdapat industri.

Di wilayah selatan Surabaya telah dibangun kawasan industri yang terdapat di Rungkut atau Brebek Industri, SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut PT. Persero). Kawasan ini dengan dinamis terus berdetak menjadi pusat industri terpadu. Sementara Di wilayah utara Surabaya terdapat kawasan industri dan pergudangan Tambak Langon - Kalianak - Margamulyo. Kawasan ini berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol dan Pusat Grosir (Kembang Jepun dan Pasar Turi).
http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk5_pict2.jpg
Kawasan Industri

Ada beberapa industri khas yang dikenal berasal dari Surabaya, diantaranya adalah Rokok Sampoerna, UBM Biskuit, Viva Cosmetics, Industri Emas UBS, dan Bogasari. Untuk melengkapi fasilitas industri dan pergudangan di Surabaya, juga terdapat terminal peti kemas yang juga difungsikan untuk kegiatan ekspor impor. Peti kemas ini terletak di wilayah Perak, dekat dengan pelabuhan bongkar muat di pantai utara Surabaya.  

Selain industri besar, di kota ini juga terdapat beberapa industri kecil, sebut saja Sentra Sepatu & Sandal Benowo. Perajin sepatu dan sandal di kawasan Tambak Osowilangun, di kawasan Barat Surabaya ini sudah ada sejak tahun 1970 dan tetap eksis hingga sekarang. Kini jumlah mereka mencapai 180 orang. Sepatu dan sandal itu dibuat semata berdasar pesanan. Total produksi yang mampu mereka hasilkan bisa mencapai 200-300 kodi per bulan. Terlebih pada bulan-bulan menjelang Puasa atau Lebaran. Daerah penyebaran atau pemasaran produk mereka tidak hanya di Jawa Timur, tetapi sudah merambah hingga ke Pulau Kalimantan.

http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk5_pict3.jpg
http://www.surabaya.go.id/data/infokota/ifk5_pict4.jpg

KEPALA DINAS PENDAPATAN JAWA TIMUR BERIKAN ARAHAN UNTUK MENCAPAI TARGET PENERIMAAN TAHUN 2010
Surabaya – Mehttp://www.dipendajatim.go.id/images/stories/lepas%20kecil.jpgmasuki Tahun Anggaran 2010 Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Timur I Made Sutarya, SH,M.Hum , Jumat (29/01/01) memberikan pengarahan kepada seluruh pejabat strruktural di Lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kinerja agar target Pendapatan Asli Daerah tahun 2010 bisa tercapai. Dalam Rapat Penekanan Tugas Tahun Anggaran 2010 dan Penetapan Alokasi Target Penerimaan PAD yang berlangsung di Ruang Loka Artha Praja, Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Di Surabaya itu, Kepala Dinas menjelaskan secara rinci target yang harus dicapai oleh Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur khususnya oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Penekanan tugas ini sejalan untuk mendukung program Provinsi Jawa Timur yang membutuhkan anggaran untuk pembangunan.
Pada Tahun 2010, Dinas Pendapatan Provinsi Jawa ditargetkan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 4,2 Trilyun untuk menyokong pembangunan di Jawa Timur yang di dalam APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2010 menelan biaya sekitar Rp 7,7 triliun.
Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Timur menekankan tugas setiap jajaran UPTD sebagai pelayan publik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Sebagaimana Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik Di Propinsi Jawa Timur. Inovasi, kreativitas dan prakarsa dari masing-masing Kepala UPTD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat berpengaruh pada pencapaian target penerimaan Pendapatan Asli Daerah Jawa Timur. Kadipenda Jatim menegaskan dari beberapa jenis pungutan yang dilayani oleh UPTD, sebagian besar masih diperoleh dari pembayaran. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), padahal ada jenis pungutan lain seperti Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (ABT) dan Air Permukaan (AP) yang bisa lebih diintensifkan untuk meningkatkan potensi penerimaan dari masing-masing UPTD. Pengarahan dari Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Timur I Made Sutarya, SH,M.Hum ini sangat tepat untuk meningkatkan penerimaan daerah dalam jangka pendek dengan mengoptimalkan jenis-jenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada.
 =============================================================

Propinsi Jawa Timur Sumbang 60 Persen Pendapatan Cukai Nasional
PDF
Print

17-09-2008
Propinsi Jatim menyumbang pendapatan cukai rokok nasional sebanyak Rp 44 triliun atau sekitar 60 persen. Jumlah total pendapatan cukai tembakau itu, Pemprop Jatim hanya mendapatkan 2 persen atau sekitar Rp 27 triliun untuk pengembangan di Jatim.
Hal itu diungkapkan Kepala Biro Perekonomian Setdaprop Jatim, Dr Ir H RB Fattah Jasin MS, dalam acara seminar Sosialisasi Peranan Cukai Tembakau Dalam Rangka Peningkatan Penerimaan Daerah dan Kontribusinya dalam Pembiayaan Pembangunan Daerah, di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Selasa (16/9).
Ia mengatakan, sesuai UU No 39 tahun 2007, dari bagi hasil cukai sebesar Rp 27 triliun tersebut, digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan pemberantasan barang kena cukai ilegal. “Pertumbuhan tembakau di Jatim sangat bagus, seperti di daerah Pamekasan, Sumenep, Bojonegoro dan daerah Jember. Meskipun tahun lalu agak terganggu karena adanya hujan, namun tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhannya,” ujarnya.
Sementara itu, menurut staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Abdillah Hasa, jumlah perokok di Indonesia sejak tahun 1970 terus meningkat. Hal ini karena rendahnya harga rokok, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan rumah tangga dan proses mekanisasi industri rokok. “Sesuai UU cukai
menetapkan bahwa tarif cukai adalah untuk menurunkan konsumsi produk tembakau dan mengendalikan disatribusinya, karena produk tembakau berbahaya bagi kesehatan. Peningkatan tarif cukai tembakau adalah cara yang paling efektif untuk
mengurangi kerugian kesehatan dan ekonomi akibat konsumsi tembakau,” katanya.
Sesuai data yang ada, presentasi perokok pada 2004 adalah 34 persen, angka ini meningkat dari 27 persen pada 1995. Rinciannya, 63 persen penduduk laki-laki merokok (meningkat dari 53 persen pada 1995), sedangkan perokok perempuan 4,5 persen.
Ia mengatakan, pada 2005, rumah tangga dengan perokok menghabiskan 11,5 persen pengeluaran rumah tangganya untuk komsumsi tembakau saja. Sementara 11 persen digunakan untuk membeli ikan, daging, telur dan susu. Secara keseluruhan, 2,3 persen untuk kesehatan dan 3,2 persen untuk pendidikan. Jika dibandingkan dengan negara berkembang, tarif cukai tembakau Indonesia relatif rendah. Presentasi tarif cukai tembakau terhadap harga jual Indonesia yakni 37 persen, Vietnam 38 persen, Filipina 55 persen, India 55 persen, Banglades 63 persen, dan Thailand 75 persen.
Menurutnya, penerapan tarif cukai sampai dengan batas maksimum yang diperolehkan UU dapat mencegah 1,7 juta sampai 4 juta kematian. Ini memberikan tambahan penerimaan negara sekitar Rp 29,1 triliun hingga Rp 59,3 triliun.

Categories: Share

Leave a Reply